USD/IDR Lemah, Rupiah Bangkit Usai Libur Panjang, Didorong Penjualan Ritel Indonesia
- Rupiah menguat ke kisaran 16.560 per USD karena Dolar AS melemah setelah data inflasi AS sesuai ekspektasi, mengurangi tekanan untuk kenaikan suku bunga The Fed.
- Penjualan Ritel Indonesia di bulan Maret 2025 tumbuh 5,5% yoy dan ekspektasi inflasi menurun, memberi dorongan tambahan bagi Rupiah.
- Sentimen risiko membaik usai kesepakatan sementara penurunan tarif AS-Tiongkok, meski pasar masih mencermati ketidakpastian arah negosiasi lanjutan.
Setelah libur panjang, pasar keuangan Indonesia kembali aktif dengan pergerakan Rupiah yang menunjukkan penguatan terhadap Dolar AS. Pada Rabu menjelang sesi Eropa, pasangan mata uang USD/IDR terpantau melemah di sekitar level 16.560, setelah sempat dibuka di 16.607 dan menyentuh titik terendah harian di 16.486.
Penguatan Rupiah ini terjadi seiring dengan melemahnya Indeks Dolar AS (DXY) yang turun dari 101,76 ke 100,89 dan didorong oleh data Penjualan Ritel Indonesia yang optimis. Penurunan indeks tersebut dipicu oleh rilis data inflasi konsumen (IHK) Amerika Serikat yang sesuai ekspektasi dan memberi sinyal pelemahan tekanan harga, sehingga mengurangi urgensi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Menurut alat CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada pertemuan bulan Juni hanya sebesar 8,2%. Sementara itu, untuk pertemuan berikutnya pada 30 Juli, probabilitas suku bunga turun dari level saat ini meningkat menjadi 35,9%.
Selain itu, kurangnya kejelasan dalam kesepakatan perdagangan antara AS dan Tiongkok juga menekan Dolar AS. Meski tarif impor sementara diturunkan – AS dari 145% menjadi 30% dan Tiongkok dari 125% ke 10% selama 90 hari – pasar masih mencemaskan ketidakpastian jangka panjang karena belum ada komitmen konkret terkait langkah lanjutan. Goldman Sachs menilai bahwa pasar mulai menunjukkan pemulihan dari tekanan ekstrem, ditandai dengan menurunnya minat terhadap aset safe haven seperti Dolar.
Presiden AS Donald Trump mencoba meredakan kekhawatiran dengan menyatakan bahwa hubungan bilateral AS-Tiongkok “sangat baik,” dan terbuka untuk negosiasi langsung dengan Presiden Xi Jinping. Namun, pelaku pasar tetap menunggu kejelasan lebih lanjut terkait arah kebijakan perdagangan.
Penjualan Ritel Indonesia pada Bulan Maret 2025 Tumbuh 5,5%, Tertinggi Sejak Agustus 2024
Sentimen positif di pasar keuangan lokal datang setelah data Penjualan Ritel di Indonesia pada bulan Maret 2025 meningkat sebesar 5,5% secara tahunan (yoy) , naik dari 2,0% pada Februari. Ini menandai pertumbuhan selama sebelas bulan berturut-turut sekaligus menjadi laju tertinggi sejak Agustus 2024.
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan penjualan pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Subkelompok Sandang. Secara bulanan (mom), penjualan eceran melonjak 13,6%, naik dari 3,3% pada Februari, dipicu oleh tingginya permintaan saat Ramadan dan Idulfitri serta strategi potongan harga dari para peritel.
Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan menurun pada Juni dan September 2025, tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) menjadi masing-masing 146,4 dan 153,1.
Inflasi AS April 2025 Sesuai Ekspektasi, Tekanan Harga Mereda
Data Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat untuk April 2025 menunjukkan hasil yang relatif sesuai ekspektasi pasar. IHK umum bulanan tercatat naik 0,2%, lebih rendah dari perkiraan 0,3% namun membalikkan tren disinflasi -0,1% pada Maret. Secara tahunan, inflasi melandai menjadi 2,3% dari 2,4% sebelumnya.
Sementara itu, IHK inti – yang tidak memasukkan harga pangan dan energi – naik 0,2% secara bulanan, sedikit di bawah estimasi 0,3% dan lebih tinggi dari 0,1% pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi inti tetap stabil di angka 2,8%, sesuai dengan prakiraan.
Pasar Menunggu Neraca Perdagangan RI, Serangkaian Data AS dan Pidato Powell
Fokus pelaku pasar selanjutnya akan tertuju pada rilis data Neraca Perdagangan Indonesia yang dijadwalkan pada Kamis, 16 Mei. Selain itu, perhatian global juga mengarah ke sejumlah data ekonomi Amerika Serikat serta pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang akan dirilis pada hari yang sama.
Data dan pernyataan tersebut diprakirakan akan memberikan arah baru bagi pergerakan USD/IDR, khususnya terkait prospek suku bunga dan kondisi perdagangan internasional.
Indikator Ekonomi
Penjualan Ritel (Thn/Thn)
Data Penjualan Ritel, dirilis oleh Statistik Indonesia, mewakili total pembelian konsumen dari toko ritel. Ini memberikan informasi berharga tentang pengeluaran konsumen yang merupakan bagian konsumsi dari PDB. Meningkatnya penjualan ritel menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Namun, jika kenaikannya lebih besar dari perkiraan, mungkin inflasi.
Baca lebih lanjut