Singapura: Tanda-Tanda Kelelahan di Sektor Manufaktur? – UOB

Ekonom Senior di UOB Group Alvin Liew mengulas hasil IMP terbaru di Singapura.

Kutipan Utama

“Indeks Manajer Pembelian (IMP) manufaktur Singapura merayap sedikit lebih rendah 0,2 poin ke 50,1 di Juli, bulan ke-25 berturut-turut di mana IMP bertahan di atas 50,0, mengindikasikan ekspansi secara keseluruhan dalam aktivitas. IMP sektor elektronik juga mengikuti, turun 0,3 poin untuk mencatat tingkat ekspansi yang lebih lambat di 50,5 di Juli."

“IMP utama dan elektronik mencatat tingkat ekspansi yang lebih lambat dalam pesanan baru, ekspor baru, output pabrik dan indeks impor. Juga mencatat bahwa indeks harga input masing-masing tetap tinggi tetapi sedikit menurun dari Juni sementara indeks ketenagakerjaan terus berkembang tetapi pada laju yang lebih lambat."

“Prospek Manufaktur – Angka IMP terbaru sejalan dengan angka IMP manufaktur yang lebih lemah yang terlihat di seluruh ekonomi Asia Utara. Namun sebaliknya, angka IMP dari ekonomi ASEAN lainnya lebih tangguh dan mencatat angka yang lebih tinggi di bulan Juli, kemungkinan diuntungkan oleh membaiknya permintaan domestik saat ekonomi mereka dibuka kembali. Penurunan harga input mungkin mengindikasikan perbaikan dalam masalah rantai pasokan tetapi pembacaan yang lebih rendah dalam pesanan baru, pesanan ekspor, impor dan inventaris, meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan (khususnya, untuk elektronik), terutama ketika dibarengi dengan prospek pertumbuhan global yang lebih lemah. Selain itu, kami memerhatikan risiko eksternal karena konflik Rusia Ukraina yang sedang berlangsung, gangguan rantai pasokan terkait COVID-19, dan prospek pertumbuhan global yang jauh lebih lambat. Hasil IMP terbaru tidak mengubah prakiraan pertumbuhan kami pada manufaktur Singapura, tetapi kami mencatat risiko-risiko negatif yang membara. Untuk saat ini, kami mempertahankan prakiraan pertumbuhan manufaktur kami di 4,5% pada tahun 2022 (dari 13,2% pada tahun 2021) sementara prakiraan pertumbuhan PDB tahun 2022 kami juga tidak berubah di 3,5%.”